Proses Kreatif Itu Mahal? Bener, nggak, sih?

Sudah lama aku ingin menulis ini. Apalagi di semester 7 sempat merasakan yang namanya proses untuk menemukan kreativitas. Sulit dan memusingkan. Sedikit curhat saja, bagaimana mungkin seorang penulis amatir dan sederhana seperti aku harus mengukir naskah novelet yang begitu sempurna, sementara dirinya saja baru pertama kali menulis naskah panjang?

Tahu sekali, dosenku di mata kuliah penulisan kreatif ingin mahasiswanya dapat membuat cerita yang luar biasa kerennya. Tapi, aku dan beberapa teman juga jadi tertekan karena banyak dari kami yang pertama kali menulis naskah drama, novel, novelet, dan juga naskah drama web. Kami curhat satu sama lain dan cuma bisa nangis hanya untuk merampungkan satu halaman sebagai progress. Sedih banget!

Proses Kreatif Menurut Aku


Alur dari proses kreatif.
(Sumber: freepik.com)

Proses kreatif menurut hematku adalah sebuah proses atau perjalanan untuk melahirkan sesuatu yang baru. Menjadi kreatif adalah sebuah kunci. Jika kita sadar bahwa diri kita cukup kreatif dalam menemukan dan mengembangkan sesuatu, itu menjadi nilai tambah. Tapi, kalau mau terus belajar dan mencoba juga bisa kok jadi kreatif.

        Untuk mengembangkan sesuatu yang besar yang kita punya, itu butuh waktu. Dimulai dari mencoba hal-hal terkecil sampai kita mendapatkan kepuasan dari sebuah perjalanan panjang. Menurut saya, menemukan rasa nyaman dari proses kreatif itu ada susah dan juga mudahnya.

Jangan salah, lho. Untuk nulis blog harian itu kadang juga butuh mikir keras dan nggak asal tulis. Sebab menulis itu mengukir sebuah cerita. Ukiran yang nggak pas dan terasa kurang pasti juga tidak bisa dinikmati dengan baik. Ada effort yang dikeluarkan. Ada perasaan yang dicurahkan.

Intinya, kreativitas itu mustahil bisa ada jika tiada proses dibaliknya. Pernah lihat behind the scene dari sebuah produksi film? Nah seperti itu gambarannya. Tanpa itu semua, film favorit kita nggak akan ada.


Sesulit Apa, ya, Proses Kreatif Itu?



Dibalik layar serial "Squid Game"
(Source: veritylane.blogspot.com)

Aku pernah bergabung dalam sebuah webinar mengenai proses kreatif yang diadakan oleh komunitas penulis yang tumbuh di salah satu perusahaan media terbesar. Mereka mengundang seorang psikiater yang juga aktif menulis untuk membagikan pengalaman dan perjalanan karir menulisnya, sekaligus mempromosikan buku terbaru yang terkait dengan kesehatan mental.

Penulis buku tersebut bercerita bahwa untuk menulis buku terbarunya, dia harus mewawancarai pelukis. Di sela-sela istirahat wawancara, pelukis itu mulai membakar rokoknya dan melihat ke bawah dari balkon. Nah, psikiater ini bertanya, kira-kira gini pertanyaannya, “Sepelik apa proses dibalik sebuah mahakarya?”. Jawabannya, simpel dan lugas. Kata pelukis itu rasanya seperti ingin loncat dari balkon. Bener-bener bikin tercengang dan kaget.

Siapa yang sudah nonton Squid Game? Sebagai penonton dan pembaca berita seputar K-Wave, aku mengetahui info bahwa penggarapan serial tersebut butuh waktu hingga 13 tahun! Kenapa? Karena penulisannya pun butuh waktu demi hasil yang sempurna nantinya. Belum lagi ketika terhambat sama sponsor. 

Nggak hanya alur serialnya yang kompleks, prosesnya juga punya kompleksitas tinggi. Karena digarap dengan serius, hasilnya seperti yang kita tahu. Squid Game menerima banyak cinta dari penonton di seluruh dunia hingga berlanjut ke Squid Game Season 2.

Nah, dari sini, kebayang ya gimana susahnya. 

Sebagai Penikmat Hasil dari Proses Kreatif, Apa yang Harus Kita Lakukan?

        Gampang, kok. Menurutku, apresiasi yang paling penting. Contohnya? Yuk mulai dengerin lagu dari aplikasi legal kayak Spotify, JOOX, dan YouTube Music. Meskipun ada iklan, tapi itu nggak seberapa dengan kerja keras para penyanyi, penulis lagu, komposer, dan semua orang dibalik produksinya. Yang diperlukan cuma kuota aja, kok. Nggak harus jadi premium. Tapi, kalo lagi ada rejeki lebih, sesekali mungkin bisa langganan premium.

        Yang suka nonton drakor, film, sama serial lainnya, yuk beralih ke penyedia legal. Kalau dipikir-pikir, banyak aplikasi yang suka kasih potongan harga untuk jadi akun premium. Terus, ada juga kok aplikasi yang iklannya sedikit. Stop untuk nonton bajakan!

        Kalau ogah beli buku tapi mau tetap baca buku, iPusnas jawabannya. Bukunya banyak, beragam, dan gratis. Jangan lagi deh untuk baca buku ilegal. Banyak lho dari penulis yang menggantungkan hidupnya dari hasil karyanya saja.

        Mungkin sebuah postingan Ernest Prakasa ini bisa bikin kita sadar sekaligus menjadi penutup apik untuk tulisan kali ini. See ya!


(Sumber: instagram.com/ernestprakasa/)



Komentar

Posting Komentar